Category Archives: sosial

GAGAL ATAU DIGAGALKAN

Seseorang bertanya” kenapa setiap saya bisnis selalu gagal”

Pak dalam bisnis tidak ada yang namanya gagal. Yang ada adalah digagalkan” oleh Sang Pencipta karena barangkali anda secara mental belum siap. Nanti kalau anda sudah siap mental maka Dia akan memberikan keinginan anda. Atau, anda “digagalkan” karena bidang yang digeluti tidak cocok dengan kepribadian anda,” jawab Mario Teguh.

Saya sempat kaget dengan jawaban ini. Bagaimana cara menjelaskan konsep “digagalkan” ini?

“Inilah bentuk cinta Sang Pencipta kepada makhluknya karena menggagalkan” keinginan kita. Coba ingat dan perhatikan seorang bayi. Waktu bayi kita semua kan ingin memasukkan semua benda ke dalam mulut kita. Dan apa yang dilakukan ibu? Menggagalkan usaha kita kan? Mengapa sang ibu menggagalkan keinginan bayi memasukkan apa saja ke dalam mulut? Inilah bentuk cinta kasih ibu …,” mario Teguh menambahkan.

“Jadi jangan pernah mengeluh dengan kegagalan. Coba lagi dan coba lagi. Kalau waktunya sudah tepat dan anda sudah bisa “membedakan” mana yang “baik” dan “buruk”, mental anda sudah siap dan kuat,keberhasilan hanyalah masalah waktu. Tinggal usaha anda untuk memperpendek waktu menuju keberhasilan…,” kata Mario menutup jawaban untuk sang penanya.
Menjawab pertanyaan lain pak Teguh sering bilang bahwa yang menyebabkan seorang berhasil dalam bisnis adalah karena faktor keterdesakan. Karena terdesaklah maka orang akan berhasil.

“Lalu bagaimana kalau dalam kenyataannya orang tsb sebenarnya tidak dalam kondisi terdesak?,”
“Ciptakan kondisi terdesak artifisial. Anda harus membuat kondisi dan suasana terdesak (artifisial), baru lah anda bisa berhasil,” Jawab pak Teguh,Terdesak artifisial inilah yang juga diciptakan oleh Prof Johanes Surya, pembina TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia). Supaya terjadi mestakung, kita harus menciptakan kondisi terdesak. Kita harus membuat target2 tertentu. Dan target itu harus diumumkan kepada khalayak. Kalau diumumkan kepada orang lain kan kita malu kalau target tidak tercapai. Setelah itu baru lah kita action (melangkah). Tidak hanya melangkah tapi melangkah yang konsisten. Dalam rumusan Prof Johannes mestakung bisa terjadi kalau ada Krilangkung (Kritis, Melangkah, Tekun). Kalau tidak ada Krilangkung jangan harap ada Mestakung…

BERHASIL KARENA TERDESAK

TAHUKAH anda kenapa begitu banyak orang gagal dalam usahanya untuk bisa sukses sewaktu merintis usaha? Jawabnya karena mereka biasanya tidak betul-betul dalam kondisi “terdesak” . Modal utama untuk sukses bukanlah uang, bukan ide jenius, bukan juga skill, pun bukan koneksi. Itu semua memang penting, tapi bukan yang nomor satu. Modal utama dalam berusaha adalah adanya “perasaan terdesak “. Mental “kepepet” inilah yang akan menggebuk seseorang untuk sungguh-sungguh “fight” dalam merealisir usahanya.

Dalam kondisi ketika dihadapkan pada pilihan “hidup” atau “mati” itulah talenta terbaik seseorang biasanya menerobos keluar. Sastrawan Pramudya Ananta Toer melahirkan karya-karya monumentalnya sewaktu ia berada di sebuah penjara, di pulau Buru sana. Sementara itu Chairil Anwar menelorkan puisi-puisinya dalam situasi hidup yang bokek dan sakit-sakitan.

Bayangkanlah sekarang suatu kondisi ektrem lain. Misalnya mendadak hari ini anda dipecat dari pekerjaan anda yang nyaman dan bergaji besar. Pastilah kalau anda masih manusia normal, pada awalnya anda sempoyongan berat. Tapi sesudah itu anda dihadapkan pada pilihan sederhana : menyerah kalah begitu saja atau mulai mencoba bangun mencari jalan keluar dari mimpi buruk itu. Ada banyak cerita sukses orang-orang yang berhasil keluar dari situasi chaos itu. Sukses itu mungkin malah tidak akan pernah mereka raih kalau saja mereka tetap berada dalam zona nyaman pekerjaan lama mereka.

Kenapa kelompok etnis Cina di negeri ini umumnya bisa “sukses” adalah juga karena kondisi “terdesak” itu, di samping karena etos “kerja keras” yang selama ribuan tahun terus dipompakan para ruh leluhur. Mereka dibuat terpojok secara politis puluhan mungkin bahkan selama ratusan tahun, sehingga hanya tersedia sedikit pilihan bagi mereka – menjadi juara badminton atau juragan tekstil, umpamanya. Karena kesempatan sukses hanya tersedia pada lahan yang begitu terbatas, tidak ada pilihan buat mereka kecuali bertarung habis-habisan di lahan yang “disisakan” buat mereka itu.

Tapi bagaimana kalau kita sebenar-benarnya memang tidak sedang “terdesak”, tapi menginginkan sebuah terobosan berarti dalam hidup kita? Apa tips Mario Teguh :untuk kasus seperti ini?  Gampang, ciptakanlah situasi “kepepet” artifisial, yang sanggup memaksa anda terpaksa berkelahi sungguhan, meskipun sebetulnya tidak ada ‘musuh’ di dekat

Anda

.

ANGER MANAGEMENT

Hanya seorang yang pemarah yang bisa betul-betul bersabar.

Seseorang yang tidak bisa merasa marah, tidak bisa disebut penyabar; karena dia hanya tidak bisa marah.

Sedang seorang lagi yang sebetulnya merasa marah, tetapi mengelola kemarahannya untuk tetap berlaku baik dan adil adalah seorang yang berhasil menjadikan dirinya bersabar.

Dan bila Anda mengatakan bahwa untuk bersabar itu sulit, Anda sangat tepat; karena kesabaran kita diukur dari kekuatan kita untuk tetap mendahulukan yang benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah berhak untuk berlaku melampaui batas.

Kesabaran bukanlah sebuah sifat, tetapi sebuah akibat.

Perhatikanlah bahwa kita lebih sering menderita karena kemarahan kita, daripada karena hal-hal yang membuat kita merasa marah. Perhatikanlah juga bahwa kemarahan kita sering melambung lebih tinggi daripada nilai dari sesuatu yang menyebabkan kemarahan kita itu, sehingga kita sering bereaksi berlebihan dalam kemarahan.

Hanya karena Anda menyadari dengan baik tentang kerugian yang bisa disebabkan oleh reaksi Anda dalam kemarahan, Anda bisa menjadi berhati-hati dalam bereaksi terhadap apa pun yang membuat Anda merasa marah. Kehati-hatian dalam bereaksi terhadap yang membuat Anda marah itu lah yang menjadikan Anda tampil sabar.

Kemarahan adalah sebuah bentuk nafsu.

Nafsu adalah kekuatan yang tidak pernah netral, karena ia hanya mempunyai dua arah gerak; yaitu bila ia tidak memuliakan, pasti ia menghinakan.

Nafsu juga bersifat dinamis, karena ia menolak untuk berlaku tenang bila Anda merasa tenang. Ia akan selalu memperbaruhi kekuatannya untuk membuat Anda memperbaruhi kemapanan Anda.

Maka perhatikanlah ini dengan cermat; bila Anda berpikir dengan jernih dalam memilih tindakan dan cara bertindak dalam kemarahan, nafsu itu akan menjadi kekuatan Anda untuk meninggalkan kemapanan Anda yang sekarang untuk menuju sebuah kemapanan baru yang lebih tinggi.

Tetapi, bila Anda berlaku sebaliknya, maka ke bawahlah arah pembaruan dari kemapanan Anda.

Itu sebabnya, kita sering menyaksikan seorang berkedudukan tinggi yang terlontarkan dari tingkat kemapanannya, dan kemudian direndahkan karena dia tidak berpikir jernih dalam kemarahan.

Dan bila nafsunya telah menjadikannya seorang yang tidak bisa direndahkan lagi, dia disebut sebagai budak nafsu.

Kualitas reaksi Anda terhadap yang membuat Anda marah, adalah penentu kelas Anda.

Kebijakan para pendahulu kita telah menggariskan bahwa untuk menjadi marah itu mudah, dan patut bagi semua orang. Tetapi, untuk bisa marah kepada orang yang tepat, karena sebab yang tepat, untuk tujuan yang tepat, pada tingkat kemarahan yang tepat, dan dengan cara yang tepat itu tidak untuk orang-orang kecil.

Maka seberapa besar-kah Anda menginginkan diri Anda jadinya?

Memang pernah ada orang yang mengatakan bahwa siapa pun yang membuat Anda marah-telah mengalahkan Anda. Pengamatan itu tepat hanya bila Anda mengijinkan diri Anda berlaku dengan cara-cara yang merendahkan diri Anda sendiri karena kemarahan yang disebabkan oleh orang itu.

Itu sebabnya, salah satu cara untuk membesarkan diri adalah menghindari sikap dan perilaku yang mengecilkan diri.

Kita sering merasa marah karena orang lain berlaku persis seperti kita.

Perhatikanlah, bahwa orang tua yang sering marah kepada anak-anaknya yang bertengkar -adalah orang tua yang juga sering bertengkar dengan pasangannya.

Bila kita cukup adil kepada diri kita sendiri, dan mampu untuk sekejap menikmati kedamaian kita akan melihat dengan jelas bahwa kita sering menuntut orang lain untuk berlaku seperti yang tidak kita lakukan.

Dan dengannya, bukankah kemarahan Anda juga penunjuk jalan bagi Anda untuk menemukan perilaku-perilaku baik yang sudah Anda tuntut dari orang lain, tetapi yang masih belum Anda lakukan?

Lalu, mengapakah Anda berlama-lama dalam kemarahan yang sebetulnya adalah tanda yang nyata bahwa Anda belum memperbaiki diri?

Katakanlah, tidak ada orang yang cukup penting yang bisa membuat saya marah dan berlaku rendah.

Bila Anda seorang pemimpin, dan Anda telah menerima tugas untuk meninggikan orang lain; maka tidak ada badai, gempa, atau air bah yang bisa membuat Anda mengurangi nilai Anda bagi kepantasan untuk mengemban tugas itu.

Ingatlah, bahwa orang-orang yang berupaya mengecilkan Anda itu-adalah sebetulnya orang-orang kecil.

Karena, orang-orang besar akan sangat berhati-hati dengan perasaan hormat Anda kepada diri Anda sendiri. Bila mereka marah pun kepada Anda, mereka akan berlaku dengan cara-cara yang mengundang Anda untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Sedangkan orang kecil? Orang-orang kecil membuat orang lain merasa kecil agar mereka bisa merasa besar.

Anda mengetahui kebesaran yang dijanjikan untuk Anda. Maka besarkan-lah orang lain.

(Sumber: Mario Teguh, MSTS 13.07.2006)